Scabies – Penyakit Gatal yang “Wajib” Diderita Anak Pesantren?

Sepertinya sudah umum diketahui bahwa para santri yang hidup di pondok pesantren “wajib” hukumnya untuk kena penyakit gatal yang ditandai dengan gejala kulit mruntus (berplenting, berbintil), memerah dan—pastinya—berasa gatal. Katanya, kalau tak menderita penyakit gatal berarti belum afdal jadi santri.

Kemudian juga beberapa waktu yang lalu ada berita yang beredar di media sosial yang mengatakan, bahwa gatal-gatal yang dialami oleh anak pesantren ini adalah upaya pengeluaran detoks (racun) oleh tubuh.

Bahkan, lebih jauh lagi, ada yang menganggap penyakit gatal ini bagian dari penyucian diri agar lebih khusyuk dan menyerapi kehidupan religius dalam pesantren. Dan masih banyak lagi “konon” lain yang menyertai merebaknya penyakit gatal di pondok pesantren ini.

Well, apakah itu semua benar?

Yuk, kita coba telusuri lebih jauh.

Kenalan dengan Si Penyebab Penyakit Gatal

Gatal pada kulit—seperti yang dialami oleh umumnya anak pesantren ini—sebenarnya merupakan gejala dari penyakit scabies.

Scabies (gudhig) adalah penyakit gatal akibat serangan oleh sejenis tungau yang berukuran sangat kecil hingga hanya bisa dilihat melalui mikroskop, yang bernama Sarcoptes scabei var. Hominis.

Tungau ini termasuk filum Arthropoda, kelas Arachnida, ordo Ackarima, dan super famili Sarcoptes.

Sarcoptes scabei memiliki bentuk kecil, oval, punggung cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini tubuhnya tembus sinar, dan berwarna putih kotor.

Ukuran yang betina sekitar 330-450 mikron x 250-350 mikron dan yang jantan 200-240 mikron x 150-200 mikron. Bentuk dewasa memiliki 4 pasang kaki. Pada betina 2 pasang kaki depan untuk melekat dan 2 pasang kaki belakang berakhir dengan rambut.

Pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan pasangan kaki keempat berakhir dengan alat perekat.

Mengapa Bisa Terjadi Gatal?

Sarcoptes scabei jantan setelah kawin akan mati. Sarcoptes scabei betina setelah dibuahi akan menggali terowongan dalam stratum korneum—lapisan kulit terluar yang terdiri dari sel-sel mati yang tidak memiliki inti—dengan kecepatan 2-3 mm/hari, sambil meletakkan telurnya.

Betina yang dibuahi dapat hidup hingga satu bulan, dan telur akan menetas dalam 3-5 hari. Setelah 2-3 hari, larva akan menjadi nimfa (hewan muda yang mirip dengan hewan dewasa tetapi berukuran lebih kecil dengan perbandingan tubuh yang berbeda) yang berbentuk jantan dan betina. Waktu yang dibutuhkan dari telur hingga menjadi dewasa 8-12 hari.

Rasa gatal disebabkan oleh sensitivitas terhadap zat hasil pengeluaran metabolisme tubuh si tungau, yang akan terjadi dalam 4-6 minggu. Setelah tungau masuk ke dalam kulit kita, rasa gatal akan terjadi dalam 24 jam.

 Apakah Scabies Hanya Diderita Anak Pesantren?

Jawabannya tidak.

Scabies banyak terjadi pada masyarakat dengan sosial ekonomi yang rendah, penduduk daerah dengan kebersihan lingkungan hidup yang buruk, dan daerah padat penduduk.

Menurut beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ahli, jumlah kasus penderita penyakit gatal ini di dunia setiap tahun sekitar 300 juta orang. Scabies dapat dialami oleh semua orang dalam semua usia, berapa pun pendapatan, tingkat sosial, dan situasi hidupnya.

Hasil penelitian lain di Brazil menyebutkan, bahwa prevalensi scabies dua kali lebih tinggi di daerah kumuh perkotaan yang padat penduduk daripada di masyarakat nelayan yang tinggal di tempat yang luas.

Selama ini, scabies akrab dengan pesantren karena lingkungannya yang padat orang. Selain di pesantren, scabies juga dapat terjadi di tempat padat penduduk lainnya, seperti asrama, panti asuhan, lokasi KKN, dan lain sebagainya.

Penularan penyakit gatal ini dapat terjadi melalui kontak langsung dengan kulit penderita scabies, seperti menjabat tangan, hubungan seksual, dan tidur bersama.

Selain itu, penularan juga dapat terjadi melalui kontak tidak langsung seperti penggunaan perlengkapan tidur secara bersamaan, meminjamkan pakaian kepada orang lain, dan menggunakan handuk yang sama dengan orang lain.

Sarcoptes scabei hidup di dalam epidermis, tahan terhadap air dan sabun, serta tetap hidup meski kita sudah mandi dengan air panas.

Apa yang Bisa Meningkatkan Risiko Kita Terkena Scabies Selain karena Kebersihan Lingkungan?

Mereka yang punya sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti pada orang dengan HIV/AIDS, para pengguna steroid atau obat-obatan tertentu, dan mereka yang sedang menjalani kemoterapi akan mempunyai risiko lebih tinggi untuk terkena scabies.

Juga mereka yang sering mengalami stres dalam hidup, karena stres bisa membuat stamina tubuh menurun.

Mereka yang tidak mengonsumsi makanan sehat juga bisa lebih mudah terserang scabies, karena makanan yang tidak mengandung nutrisi bisa menyebabkan organ-organ tubuh tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Termasuk kulit yang menjadi tempat hidup tungau scabies.

Apakah Scabies Hanya Ditandai dengan Gatal?

Keluhan utama pasien scabies ini biasanya memang rasa gatal yang memburuk pada malam hari.

Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan papula atau plenting-plenting yang tersebar merata.

Namun, terdapat area yang menjadi predileksi—atau daerah yang menjadi tempat favorit si tungau untuk menyerang—yaitu pada:

  • Sela jari tangan
  • Pergelangan tangan
  • Siku dalam
  • Ketiak
  • Pinggang
  • Kaki
  • Sekitar payudara
  • Daerah sekitar kelamin
  • Pantat
  • Lutut
  • Atas tulang belikat

Penampakan yang muncul pada kulit seiring munculnya rasa gatal di antaranya:

  • Kemerahan (eritema)
  • Bentol (urtikaria),
  • Plenting padat (papul)
  • Plenting berisi air (vesikel).

Nah, kalau sampai tanda-tanda scabies pada kulit ini digaruk, maka kemudian akan terjadi infeksi sekunder, yang berupa:

  • Erosi kulit
  • Ekskoriasi (kerusakan kulit sampai terjadi perdarahan)
  • Krusta (onggokan cairan darah, nanah, ataupun kotoran yang sudah mengering di atas permukaan kulit).

Dokter biasanya akan mendiagnosis seseorang menderita penyakit gatal akibat tungau ini jika memenuhi 2 dari empat tanda utama scabies, yaitu:

  1. Gatal pada malam hari (pruritus nokturna). Hal ini dapat terjadi karena aktivitas Sarcoptes scabei yang meningkat pada malam hari.
  2. Penyakit gatal ini menyerang manusia secara berkelompok. Contohnya pada sebuah keluarga, asrama, pondok pesantren, dan perkampungan yang padat penduduk.
  3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat tertentu yang biasanya menjadi tempat favorit tungau berkembang biak, berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, panjang sekitar 1 sentimeter, dan di ujung terowongan terdapat papula (plenting) atau vesikel.
  4. Pada pemeriksaan mikroskopis ditemukan tungau Sarcoptes scabei.

Bagaimana Cara Mengatasi Penyakit Gatal Ini?

Jika Anda mengalami gejala penyakit gatal seperti yang disebutkan di atas, maka hal pertama yang harus segera dilakukan adalah memeriksakan diri ke dokter.

Scabies dapat diterapi dengan krim permetrin 5%. Krim ini dipakai sekali sebelum tidur dari kepala ke ujung jari kaki lalu dibilas setelah 8 jam kemudian. Jika masih ada gejala, diulang lagi seminggu kemudian.

Selain itu, kita juga harus mencegah penularannya—yang artinya harus menghentikan tungau Sarcoptes scabei berkembang.

Beberapa cara untuk mencegah penularan penyakit gatal ini yang bisa Anda lakukan:

  • Jaga kebersihan lingkungan sekitar Anda
  • Jangan menggaruk kulit yang terkena scabies, agar tidak terjadi infeksi lebih jauh.
  • Tidak menggunakan peralatan pribadi secara bersama-sama
  • Ganti alas tidur secara teratur. Terutama alas tidur harus diganti apabila pernah digunakan oleh penderita scabie
  • Jemur kasur dan batal di bawah panas matahari secara teratur.
  • Jika Anda mempunyai lemari yang terbuat dari kayu dan kondisinya cukup lembap, maka selalu berikan kamfer atau kapur barus atau masukkan silica gel yang bisa Anda beli di toko obat atau toko bahan kimia.
  • Sebelum mencuci pakaian, kain, selimut, dan seprai direndam terlebih dahulu dengan air panas.
  • Hindari kontak langsung dengan penderita scabies
  • Mandi dengan menggunakan air bersih yang sudah diberi larutan antiseptik, atau Anda juga dapat menggunakan sabun antiseptik. Akan lebih bagus jika mengandung sulfur.
  • Sebaiknya semua orang yang tinggal serumah dengan penderita scabies juga diterapi dengan salep permetrin 5%.

Nah, jadi sudah jelas kan, bahwa penyakit gatal atau scabies ini bukan merupakan proses detoksifikasi tubuh ataupun penyucian diri seperti yang diceritakan tanpa sumber yang jelas. Juga, penyakit gatal ini tak hanya bisa diderita oleh para santri di pondok pesantren, melainkan oleh siapa saja yang tak bisa menjaga lingkungannya tetap bersih.

Semoga Anda segera terbebas dari penyakit gatal ini ya.

Salam sehat!

 

Credit Title

  • Penulis                 : Victa Ryza Catartika
  • Editor 1                : Putri Tiara Rosha,SKM.,MPH
  • Editor 2                : Fitri Handayani,S.Kep.,MPH
  • Content Writer  : Carolina N. Ratri
  • Redaktur 1          : dr. Fatwa Sari Tetra Dewi,MPH.,Ph.D
  • Redaktur 2          : dr. Fitriana,MSc.,FM

Referensi

  1. Ikatan Dokter Indonesia 2014, Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta.
  2. Marks, JG & Miller, JJ 2013, Lookingbill and Marks’ Principles of Dermatology, 5th edn, Elsevier, London.
  3. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia 2014, Panduan Layanan Klinis Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi, Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia, Jakarta
  4. Wolff, K, Johnson, RA & Saavedra, AP 2013, Fitzpatrick’s color atlas and synopsis of clinical dermatology, 7th edn, McGraw-Hill Medical, New York.

Mungkin Anda juga menyukai