Merokok Bisa Membunuh Orang-Orang Terdekat Juga – Ini Dia Satu-Satunya Cara Berhenti Merokok!

Tahukah Anda, bahwa pada setiap 6 detik ada 1 orang terbunuh karena rokok? Oh, Anda sudah tahu ya?

Yah, memang bahaya merokok memang sudah diketahui oleh banyak orang. Namun, entah kenapa, rokok seperti sama sekali tak bisa ditinggalkan.

Sumber: WHO / http://www.qcc.cuny.edu/healthServices/tobaccocessation/index.html

Padahal, fakta-fakta merokok yang mengerikan ini umumnya sudah kita ketahui juga:

  • Merokok merupakan penyebab dari sekitar 90% kematian akibat kanker paru-paru, baik pada pria maupun wanita
  • Merokok merupakan penyebab dari 80% kasus kematian akibat penyakit paru-paru obstruktif kronik.
  • Merokok turut andil dalam pencemaran lingkungan

Dan, data statistik tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun, berbanding lurus dengan jumlah perokok yang juga bertambah.

Betapa mirisnya!

Beberapa waktu yang lalu, ada kisah yang sempat viral di media sosial. Tentang Ibu Fitria Indah Lestari yang membagikan cerita tentang anak keduanya yang masih bayi meninggal karena asap rokok. Saat itu sedang ada acara akikahan si buah hati di rumah mertuanya, dengan mengundang banyak tamu. Karena sang ibu sedang sibuk menyambut tamu-tamu, ia tak menyadari bahwa ada orang yang merokok di dekat bayinya.

Mulanya bayi tersebut baik-baik saja, hingga 2 hari kemudian mulai batuk-batuk dan napasnya pun mulai tersendat-sendat.

Sang bayi tak terselamatkan dengan diagnosis pneumonia berat, padahal sebelumnya sehat walafiat.

Kisah hidup seperti yang dialami oleh Ibu Fitria ini bukanlah yang pertama kali terjadi. Sebelumnya kita juga sering membaca mengenai kisah-kisah anak yang harus menderita sakit, bahkan meninggal, hanya karena ayahnya atau orang terdekatnya merokok.

Asli, sedih!

Lalu, mengapa kita tak berpikir ulang? Bagaimana jika salah satu yang meninggal setiap 6 detik itu adalah orang-orang terdekat kita? Anak kita? Istri? Ibu? Keponakan? Bahkan mungkin kita juga bisa menjadi penyebab kematian bayi yang tak kita kenal, saat kita merokok di dalam bus, misalnya?

Ada penelitian yang membuktikan, bahwa perokok aktif dan perokok pasif sama-sama berisiko tinggi mengidap penyakit paru-paru.

Ya, mungkin saja kita tak begitu peduli pada kesehatan kita sendiri. Tapi, apakah kita bisa begitu tak peduli juga pada orang-orang kesayangan kita, yang ikut mengisap asap rokok padahal mereka tidak merokok?

Apa salah mereka, hingga mereka kita paksa untuk ikut merasakan akibatnya?

Dan, berikut beberapa alasan—selain alasan yang mungkin sudah kita ketahui bersama—mengapa kita harus benar-benar berhenti merokok:

1.Merokok semakin membuat kita mudah sakit

Menurut penelitian Surgeon General, zat kimia yang terkandung dalam asap rokok bisa menyebabkan peradangan yang kemudian akan merusak sel darah putih.

Kita pasti tahu, apa tugas sel darah putih kan? Yups, betul sekali. Mengawal imunitas tubuh kita.

Nah, kalau sel darah putih rusak, apa yang terjadi? Betul sekali lagi. Kita akan rentan infeksi hingga mudah terserang penyakit.

Terlalu sering terserang flu? Gampang diare? Coba deh, berhenti merokok. Akan besar kemungkinan kita akan jarang sakit lagi.

Tak hanya kita sendiri. Jika kita merokok, dan punya anak yang sering sakit, cobalah juga untuk berhenti merokok. Kita akan bisa lihat nanti, si kecil akan berangsur sehat dan tumbuh kuat.

2. Merokok tidak sama arti dengan maskulin

Merokok memang diidentikkan dengan gaya yang maskulin. Cowok banget deh kalau sudah bisa merokok tuh.

Benarkah demikian?

Fakta membuktikan, bahwa merokok bisa mengakibatkan disfungsi seksualitas pada pria. Gairah akan menurun, bahkan bisa hilang sama sekali.

Tak hanya itu, kualitas sperma pun menurun hingga kemudian berlanjut ke infertilitas atau kemandulan.

Kalau sudah begini, di mana letak maskulinnya?

So, sudah pasti ya. Merokok itu tak ada hubungannya dengan maskulinitas. Justru mereka yang tidak merokoklah yang terbukti maskulin.

3. Merokok memang bisa bikin pikiran tenang, tapi fungsi otak menurun

Siapa sih yang tak stres hari gini? Semua orang juga stres, punya permasalahan sendiri-sendiri. Dan, masing-masing juga punya cara untuk mengatasinya.

Well, mungkin cara kita untuk mengatasi stres yang menyerang adalah dengan santai sejenak sambil merokok.

Padahal, merokok bisa meningkatkan risiko terkena Alzheimer dan Dementia, yang merupakan penyakit penurunan fungsi otak. Bagaimana pikiran akan bekerja dengan baik, kalau fungsi otak kita menurun?

Selain itu, kita juga pasti tahu kan bahwa merokok bisa meningkatkan risiko stroke sampai 50%? Ya, nikotin dapat menyebabkan pembengkakan pembuluh darah di otak yang sewaktu-waktu bisa pecah. Jika pembuluh ini pecah, maka akan mengakibatkan perdarahan di otak.

Selanjutnya, kita sudah pasti bisa menebak, apa yang terjadi dengan pikiran kita yang tadinya pengin kita buat tenang dengan merokok itu kan?

4. Merokok membutuhkan biaya banyak hingga bisa bikin dompet terkuras habis

Pernah nggak sih kita menghitung, berapa banyak uang yang harus dikeluarkan untuk membeli berbungkus-bungkus rokok per hari, per bulan, per tahun?

Jika sudah pernah, senilai apakah uang yang sudah kita keluarkan tersebut? Senilai uang sekolah anak? Senilai uang makan seharian selama sebulan? Senilai berlibur ke Singapura? Mungkin, seandainya saja kita tak menghabiskannya untuk rokok sejak lama, kita sudah bisa berkeliling dunia.

Ckckck. Ke  mana aja, baru ngitung sekarang?

Tahukah Anda, bahwa beberapa penyakit yang cukup sering ditanggung oleh BPJS adalah penyakit paru dan penyakit jantung koroner akibat rokok.

Nah, sekarang mari kita hitung jumlah perokok di Indonesia yang berkisar di angka 150 juta orang lalu kalikan dengan sekian juta rupiah untuk perawatan di rumah sakit akibat penyakit paru-paru dan jantung koroner.

Pada tahun 2011, biaya kesehatan yang harus dikeluarkan oleh negara untuk membantu perawatan pasien penderita penyakit akibat rokok mencapai Rp 230 milyar!

Wah, uang segitu banyak seharusnya mungkin justru bisa dipakai untuk membangun sekolah-sekolah di pelosok Indonesia sana, bukan?

Tidak heran muncul wacana agar BPJS tidak menanggung biaya pada pasien perokok.

Nah, kalau nanti wacana BPJS ini benar-benar dijalankan, lalu berapa banyak biaya yang harus kita keluarkan untuk pengobatan penyakit akibat merokok plus bungkus-bungkus rokok yang terus dibeli?

Ckckck. Banyaknya!

5.Merokok meningkatkan risiko kehilangan orang-orang terdekat kita lebih cepat

Kasus Ibu Fitria di atas, contohnya. Ibu Fitria harus rela kehilangan bayinya yang baru berusia 1 bulan akibat seorang tamu yang merokok di dekat bayi tanpa rasa peduli. Bayi yang tak bersalah—bukan ia yang merokok—malah harus menanggung akibat dan meregang nyawa.

Akankah Anda rela kehilangan orang-orang terdekat Anda?

Semoga saja tidak, sehingga Anda memutuskan untuk menjauhkan bahaya dari mereka yang Anda sayangi. Karena perokok pasif—yang mengisap asap rokok yang diembuskan oleh perokok aktif—justru harus menghadapi bahaya lebih besar ketimbang si perokok aktif.

Ya, memang, ngomong doang sih gampang. Menyarankan para perokok untuk berhenti merokok itu mudah. Namun, bagaimana pelaksanaannya, itu memang menjadi masalah terbesarnya.

Dari beberapa diskusi dengan mereka yang telah sukses berhenti merokok, salah satu cara manjur untuk berhenti merokok adalah dengan tegas putuskan dan langsung lakukan.

Enyahkan semua bungkus rokok dari hadapan Anda. Singkirkan juga semua yang berbau rokok; asbak, bahkan kopi! Karena biasanya perokok akan menikmati rokoknya bersama kopi.

Tak ada kata “mencoba berhenti merokok”. Cara “mencoba” ini tak akan pernah berhasil.

Berhentilah merokok dalam satu waktu, dan tutup segala jalan lain. Seperti cerita tentang sekumpulan prajurit yang hendak berperang di suatu pulau. Sesampainya di sana, sang komandan langsung membakar kapalnya dan berkata, “Sekarang kita tidak punya pilihan lain, selain berperang sampai menang atau mati!”

Anda tahu bahwa Anda harus berhenti, Anda yakin bahwa Anda bisa dan mau untuk berhenti, dan lakukan langsung tanpa berpikir panjang.

Karena ini bukan hanya tentang Anda, tetapi ini tentang orang-orang yang Anda sayangi. Jika orang lain tidak bisa, maka Anda bisa. Jika orang lain bisa, maka Anda harus bisa!

Credit Title

  • Penulis                         : Yasmin Basalamah
  • Editor 1                        : Putri Tiara Rosha,SKM.,MPH
  • Editor 2                        : Fitri Handayani,S.Kep.,MPH
  • Content Writer          : Carolina N. Ratri
  • Redaktur 1                  : Dr. Supriyati,S.Sos.,M.Kes
  • Redaktur 2                  : dr. Fitriana,MSc.,FM

Referensi

  1. Prabandari, Y. S. (2013). Understanding Smoking Behavior, Smoking Prevention & Smoking Cessation. [PowerPoint slide].
  2. S, K. (2007). Consequences of passive smoking in home environment. Available at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18409274 [Accessed 22 Sep. 2017].
  3. WHO Fact Sheet. (2017). Tobacco. Available at: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs339/en/index.html [Accessed 22 Sep. 2017].

Mungkin Anda juga menyukai