Yuk, Cegah Depresi dengan Beberapa Langkah Sederhana Ini!

Masih ingat dengan berita kematian Chester Bennington, sang vokalis grup Linkin Park? Tahukah Anda apa penyebabnya?

Yes, bunuh diri. Tambahan lagi, disinyalir penyebab Chester Bennington bunuh diri adalah akibat depresi.

Tahukah Anda (lagi), bahwa di Amerika Serikat, bunuh diri akibat depresi menduduki peringkat ke-8 penyebab kematian? Dan, juga merupakan penyebab kematian ke-3 bagi mereka yang berusia 15-24 tahun, dan ke-4 untuk kelompok usia 25-44 tahun?

Bagaimana perasaan Anda? Miris bukan? Itu hanya di Amerika Serikat. Lalu, seberapa banyak penduduk dunia yang meninggal karena depresi dan melakukan bunuh diri?

Well, ada statistiknya juga kok. Ada sekitar 100 juta penduduk dunia yang mengalami depresi. Pastinya angka ini bisa bertambah dari tahun ke tahun, mengingat problematika kehidupan kekinian makin kompleks dan berat. Bahkan WHO (Badan Kesehatan Dunia) pun sudah bisa memprediksi, bahwa di tahun 2020, depresi merupakan penyebab kematian terbanyak setelah penyakit jantung iskemik.

Lalu, mari kita lihat angka statistik berikutnya.

Bahwa sekitar 1 dari 5 orang di dunia ini pernah mengalami depresi dalam hidupnya, dengan 5-15% di antaranya melakukan bunuh diri setiap tahun!

Ironisnya, data lain mengatakan, bahwa 70% penderita depresi ternyata tak terdiagnosis oleh dokter.

Anda tidak mau kan hal seperti ini terjadi pada diri Anda, ataupun pada orang terdekat Anda? Karena itu, mengenali gejala depresi itu penting!

Yuk, ikuti terus artikel ini sampai selesai untuk mengetahui gejala depresi dan juga cara pencegahannya ya.

Gejala Depresi

Ya, Anda pun sebenarnya bisa mengenali depresi yang terjadi dari gejala atau tanda-tanda yang cukup jelas, berupa:

  • Sedih atau murung setiap waktu
  • Merasa tak berguna
  • Mudah merasa bersalah
  • Tak berselera
  • Tak bertenaga
  • Mudah lelah
  • Kehilangan fokus atau konsentrasi
  • Mengalami gangguan pola makan
  • Suka melukai atau membahayakan diri sendiri
  • Mengalami gangguan tidur
  • Harga diri dan rasa percaya diri turun drastis
  • Pesimis

Jika Anda atau orang terdekat Anda mengalami gejala-gejala seperti di atas, dan berlangsung selama minimal 2 minggu, maka waspadalah. Depresi sudah datang.

Anda dapat segera membuat janji temu dengan dokter, yang akan mendiagnosis Anda dengan menggunakan kriteria PPDGJ-III, DSM V, dan ICD 10, yang juga harus membedakan antara depresi dengan kecemasan, lantaran keduanya punya gejala yang hampir mirip.

Selain gejala-gejala di atas, orang yang mengalami depresi juga akan mengalami gejala fisik, seperti:

  • Kehilangan daya ingat
  • Malaise (rasa kurang nyaman akibat tubuh yang sedang sakit)
  • Insomnia
  • Letih dan lelah berlebihan
  • Sakit kepala dan nyeri di dada, perut, sendi punggung serta alat gerak lain
  • Merasa mual, pengin muntah
  • Mengalami konstipasi
  • Gangguan menstruasi
  • Berat badan menurun drastis
  • Sesak napas
  • Berkeringat dingin
  • Diare
  • Gangguan seksual
  • Telinga berdenging

Sebagai informasi, depresi memang jarang dialami oleh mereka yang berusia kurang dari 15 tahun. Namun, bukan berarti kita bisa meremehkan kemungkinannya ya. Terutama bila mereka sudah menunjukkan gejala-gejala seperti berikut ini:

  • Selalu bersedih dan galau
  • Mudah marah dan mengamuk
  • Sensitif
  • Konsentrasi menurun sehingga prestasi dan aktivitas di sekolahnya juga menurun
  • Mudah terharu dan menangis
  • Kurang energik dan tak bersemangat
  • Mudah bosan
  • Mudah berpikiran negatif
  • Badan terasa nyeri, padahal tak ada gangguan fisik
  • Mudah merasa bersalah atau menyalahkan diri sendiri
  • Berpikiran bahwa sudah tak ada gunanya lagi hidup

Bagaimana Cara Mencegah Depresi?

Depresi bukannya tak bisa dicegah, justru sebenarnya simpel sekali pencegahannya. Berikut adalah cara pencegahan depresi yang bisa diupayakan sejak dini berikut penjelasannya.

C

Cari berbagai alternatif kegiatan yang positif dan produktif (membaca, menulis, menerjemahkan literatur asing, memasak, menjahit, menenun, menganyam, berkebun, dan sebagainya).

EEnyahkan pikiran, prasangka, dan asumsi negatif. Gantikan dengan pikiran positif dan optimis. Kalau perlu miliki beberapa mantra yang bisa memberikan sugesti pada diri sendiri. Misalnya, katakan, “Semua hal buruk pasti berlalu.”, sembari menutup mata dan bernapas dengan teratur.
GGali dan dan maksimalkan potensi diri, libatkan keluarga, sahabat, dan orang-orang terdekat.
AAndalkan Tuhan sebagai tempat bersandar/berharap.
HHobi dilakukan dengan bersungguh-sungguh Syukur-syukur bisa menghasilkan.
DDamaikan diri dengan implementasi ajaran agama di kehidupan sehari-hari. Dengarkan musik, sejenak relaksasi, dan melakukan kegiatan yang tidak bertentangan dengan nurani.
EEmpati dan simpati dipelihara, salah satu caranya bisa dengan menjadi relawan atau menyediakan diri untuk membantu mereka yang membutuhkan.
PPersahabatan dan persaudaraan dengan semua orang tetap dibina dan dipertahankan tanpa pilih kasih.
RRajin bersilaturahmi, memeriksakan diri ke dokter, serta mengikuti seminar tentang depresi dari para ahli.
EEtos kerja dipelihara. Berikan nilai tambah untuk diri sendiri, juga untuk sesama.
SSeimbang, serasi, selaras di dalam olahraga, olahrasa, olahkarsa, olahjiwa.
IIngatlah bahwa dilema dan problematika hidup adalah cara Allah mendewasakan umat manusia.

Anda mungkin tidak bisa mengatasi depresi yang dialami sendirian. Karena itu, jangan segan untuk meminta pertolongan pada yang profesional.

Yakinlah, bahwa Anda tidak sendirian. Ada banyak orang di luar sana mengalami hal yang sama dengan Anda, dan terbukti, mereka bisa bertahan. Jika mereka bisa, mengapa Anda tidak?

Dan, jika ada orang terdekat Anda yang mengalami depresi, maka jangan diabaikan. Tetaplah minta bantuan pada mereka yang lebih profesional, agar bisa segera ditangani dengan tepat.

Dengan penanganan dan pencegahan secara menyeluruh, maka bukan tak mungkin kita bersama bisa menekan jumlah penderita depresi di tahun-tahun mendatang.

 Credit Title

  • Penulis                 : Dito Anugroho
  • Editor 1                : Putri Tiara Rosha,SKM.,MPH
  • Editor 2                : Fitri Handayani,S.Kep.,MPH
  • Content Writer  : Carolina N. Ratri
  • Redaktur 1          : dr. Fatwa Sari Tetra Dewi,MPH.,Ph.D
  • Redaktur 2          : dr. Fitriana,MSc.,FM

Referensi

  1. Ahlen J, Lenhard F, Ghaderi A. 2015. Universal prevention for anxiety and depressive symptoms in children: a meta-analysis of randomized and cluster-randomized trials.J Prim Prev. 36(6):387-403.
  2. Haroz EE, Ritchey M, Bass JK, Kohrt BA, Augustinavicius J, Michalopoulos L, et al. 2017. How is depression experienced around the world? A systematic review of qualitative literature. Social Science & Medicine 183:151-162.
  3. Hirota T, Milavić G, McNicholas F, Frodl T, Skokauskas N. 2016. Depression in Children and Adolescents. Systems Neuroscience in Depression. 10:309–324.
  4. Kelvin R. Depression in children and young people. 2016. Paediatrics and Child Health 26(12):540-547.
  5. Kirmayer LJ, Gomez-Carrillo A, Veissiere S. 2017. Culture and depression in global mental health: An ecosocial approach to the phenomenology of psychiatric disorders. Social Science & Medicine 183:163-168.
  6. Martinsen KD, Kendall PC, Stark K, Neumer SP. 2016. Prevention of Anxiety and Depression in Children: Acceptability and Feasibility of the Transdiagnostic EMOTION Program. Cognitive and Behavioral Practice 23:1-13.
  7. Stockings EA, Degenhardt L, Dobbins T, Lee YY, Erskine HE, Whiteford HA, et al. 2016. Preventing depression and anxiety in young people: a review of the joint efficacy of universal, selective and indicated prevention. Psychological Medicine. 46:11–26

Mungkin Anda juga menyukai