5 Mitos Hipertensi yang Salah Kaprah dan Bisa Membahayakan

Apa itu hipertensi? Kok bisa kena hipertensi ya?

Tekanan darah tinggi, atau yang lebih dikenal dengan istilah hipertensi, adalah penyakit yang kadang diremehkan. Sudah begitu, masih ditambah lagi dengan adanya beberapa mitos soal hipertensi yang beredar di tengah masyarakat hingga makin menambah kesalahpahaman.

Padahal, kalau kita salah paham mengenai hipertensi, bisa saja kita jadi salah juga dalam penanganannya.

Karena itu, coba kita telusuri yuk, beberapa mitos seputar hipertensi dan juga apa saja fakta yang sebenarnya.

5 Mitos hipertensi yang beredar di masyarakat

1. Hipertensi tanpa keluhan itu tidak berbahaya. 

Kadang kita beranggapan bahwa selama kita tidak merasakan keluhan apa pun, maka itu berarti kondisi tubuh kita baik-baik saja. Padahal saat diukur dengan tensimeter, kita terbukti memiliki gejala hipertensi. Karena merasa baik-baik saja, maka kita pun merasa tak perlu mempunyai pola hidup sehat, juga tak perlu minum obat.

Yah, tentu saja, hal ini kurang tepat.Asal tahu saja, bahwa hipertensi memang bisa saja tak memunculkan keluhan. Kita akan merasa sehat seperti biasa, dan baik-baik saja.Tahukah Anda, bahwa hipertensi disebut juga sebagai silent disease?

Ya, itu karena gejala hipertensi bisa saja memang tak terasa. Atau, keluhannya berbeda-beda. Ada yang merasa jantungnya berdebar-debar terus, terasa kaku pada leher, nyeri kepala seperti merasa seperti berputar, ada tekanan, sering kesemutan dan mata kabur. Masih banyak tanda-tanda hipertensi lain yang mungkin kita rasakan, yang barangkali berbeda dengan orang lain. Yang perlu diperhatikan adalah, bahwa meski gejala hipertensi tidak kita rasakan, namun kerusakan yang terjadi dalam tubuh akibat hipertensi terus berlanjut.

Waduh! Lalu apa yang harus kita lakukan, jika kita sudah  pernah didiagnosis/ dinyatakan mengidap hipertensi oleh dokter, namun tanpa muncul keluhan?

Yang pasti, kita harus mengecek tekanan darah kita secara teratur. Sebaiknya, pengecekan tekanan darah bagi lanjut usia dilakukan rutin setiap tiga bulan sekali dan bagi yang non lanjut usia setiap enam bulan sekali. Jika tekanan darah kita termonitor di atas normal, maka segeralah berkonsultasi dengan dokter.

2. Badan sudah enak, maka tak perlu lagi minum obat. 

Ini kebiasan juga nih! Karena sudah enakan, maka ya tak perlu lagi minum obat, pun tak perlu lagi kontrol ke dokter. Kan sudah enakan! Yah, pengobatan hipertensi memang terasa membosankan. Betul? Bayangkan saja, kita harus minum obat hipertensi setiap hari yang efek sampingnya adalah jadi beser, alias sering buang air kecil.

Argh! Mengganggu sekali bukan? Satu hal mesti diingat. Pengobatan hipertensi memang tidak sama dengan pengobatan terhadap penyakit lain, seperti demam. Obat penurun panas dapat dihentikan saat keluhan tidak dirasakan lagi.

Tapi, tidak demikian dengan obat hipertensi. Pengobatan hipertensi merupakan proses pengobatan jangka panjang. Kita mesti rajin kontrol ke dokter. Kok harus begitu kenapa ya? Ya, pasalnya seorang pasien hipertensi harus selalu dikontrol tekanan darahnya, agar sesuai target dan tidak menimbulkan kerusakan organ dan keluhan lainnya.

Maka, meski badan sudah enakan, obat hipertensi harus tetap diminum sesuai anjuran dokter. Anda dapat menghentikannya jika dokter menyarankannya demikian.

3. Usia muda tak berisiko hipertensi. 

Ah, yang benar? Ini nih, yang membuat kita jadi tak waspada terhadap si silent disease ini. Ingat, usia hanyalah merupakan salah satu faktor risiko hipertensi. Masih banyak faktor penyebab hipertensi lain yang layak diperhatikan. Apa saja? Mari kita lihat.Faktor risiko hipertensi yang tidak dapat diubah:

  1. Usia
  2. Jenis kelamin
  3. Riwayat hipertensi dan penyakit jantung dalam keluarga

Sedangkan, faktor risiko yang dapat diubah:

  1. Konsumsi garam yang berlebihan
  2. Konsumsi alkohol yang berlebihan
  3. Kurang aktivitas fisik seperti terlalu lama duduk, sedikit gerak, kurang olahraga dll.
  4. Obesitas atau kegemukan
  5. Dislipidemia, atau gangguan kesehatan akibat adanya gangguan lemak dalam darah, bisa berupa tingginya kadar kolesterol total (>200 md/dL)
  6. Diabetes mellitus
  7. Stres

Nah, Anda bisa lihat, bahwa usia hanyalah salah satu faktor risiko, sehingga meski usia Anda masih muda namun jika Anda punya faktor risiko yang lain, maka bisa saja Anda memang mengidap hipertensi.

4. Penderita hipertensi sama sekali tak boleh makan garam. 

Iya sih, salah satu faktor risiko hipertensi adalah konsumsi garam yang berlebihan. Namun, bukan berarti tak boleh makan garam sama sekali. Jika Anda didiagnosis menderita hipertensi, Anda masih boleh kok mengonsumsi garam, tapi jumlahnya harus dikontrol dengan ketat. Rekomendasi konsumsi garam untuk penderita hipertensi adalah 2 gram atau 1 sendok teh per hari.

Perlu diperhatikan, bahwa garam yang dihitung nggak hanya garam dapur saja ya, melainkan juga termasuk garam yang terdapat dalam berbagai makanan yang Anda konsumsi setiap hari.Iya, termasuk dalam makanan instan atau cepat saji. Nah loh.

5. Pantang konsumsi daging kambing. 

Sebagian besar penderita hipertensi, pasti akan menyebutkan daging kambing sebagai salah satu makanan yang wajib dijauhi. Alasanya, karena daging kambing dengan cepat meningkatkan tekanan darah. Padahal, hal ini tidak benar alias mitos.

Kandungan kolesterol daging kambing sesungguhnya lebih rendah dari daging sapid an ayam.Lalu kenapa setelah konsumsi daging kambing, tekanan darah saya langsung naik?

Perlu dpahami bahwa cara pengolahan makanan, penggunaan bumbu dapat merubah kandungan gizi makanan. Daging kambing yang diolah dengan dibakar terutama digoreng, diberi bumbu garam berlebih akan memicu tingginya tekanan darah. Apalagi, masyarakat Indonesia biasanya memilih gorengan sebagai pelengkap makan. Tekanan darah terutama mereka penyandang hipertensi bisa naik cepat itu.

6. Hipertensi tak dapat dicegah. 

Yah, mitos hipertensi yang satu ini nggak sepenuhnya salah juga sih, karena memang ada beberapa faktor risiko hipertensi yang tak dapat diubah. Seperti misalnya usia, jenis kelamin dan riwayat dalam keluarga.

Tapi ingat dong, masih ada beberapa faktor risiko lain yang dapat diubah, misalnya seperti konsumsi garam, alkohol,  merokok, obesitas dan stres. Faktor-faktor risiko yang dapat diubah ini tentu saja bisa kita atur kan? Misalnya seperti membatasi konsumsi garam, kurangi alkohol, berhenti merokok, jadwalkan olahraga teratur serta lakukan piknik lebih banyak supaya bahagia!

Kalau Anda bahagia, pastinya stres akan hilang kan? Nah, setelah Anda mengetahui berbagai mitos seputar hipertensi, sekarang coba kita lihat beberapa fakta seputar hipertensi yang mungkin bisa membantu Anda memahami lebih dalam mengenai penyakit ini.

Beberapa Fakta Hipertensi yang Perlu Anda Pahami

1. Bagai saluran yang mampet. 

Hipertensi, seperti yang sudah Anda ketahui, merupakan kondisi tubuh yang tengah mengalami peningkatan tekanan dalam pembuluh darah. Anda bisa membayangkan, ibarat saluran pipa yang terhambat aliran airnya oleh sesuatu—mungkin penyempitan atau ada sumbatan–maka butuh tekanan lebih tinggi bagi air untuk bisa lancar kembali mengalir.

Demikian juga dengan pembuluh darah manusia. Saat terjadi penyempitan atau ada hal lain yang menghambat aliran darah, maka terjadilah peningkatan tekanan darah. Kejadian inilah yang disebut sebagai hipertensi.

2. Risiko utama kematian dini. 

Ya, hipertensi merupakan penyebab utama kematian dini, terutama akibat penyakit jantung dan stroke. Selain itu, seperti yang telah kita tahu, aliran darah bertugas untuk mengantarkan oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan ke seluruh tubuh.

Bayangkanlah jika pipa pengantar darah ini tersumbat atau bahkan pecah, pastinya fungsi organ-organ tubuh seperti jantung dan otak terganggu. Jika organ-organ terganggu, maka tak pelak lagi, tubuh secara keseluruhan akan terganggu pula. Akibatnya, hmmm, Anda pasti sudah bisa menebaknya.

3. Pencegahan hipertensi sebenarnya cukup sederhana. 

Ya, sederhana sekali. Penyakit hipertensi ini dapat dicegah dan dikontrol asal kita punya pola hidup yang sehat.

Anda bisa melakukan beberapa hal berikut demi mencegah hipertensi menyerang:

  • Mempertahankan berat tubuh yang ideal, yaitu dengan Indeks Massa Tubuh 18.5-22.9 kg/m2, yang bisa Anda hitung dengan cara membagi antara berat badan dalam kilogram dengan tinggi badan dalam meter kuadrat. Untuk tinggi badan 160 cm, maka dengan perhitungan indeks massa tubuh tersebut, maka berat badan yang disarankan adalah sekitar 47-58 kg. Anda dapat melihat tabel IMT di sini https://www.nhlbi.nih.gov/health/educational/lose_wt/BMI/bmi-m.htm
  • Mengatur pola makan dengan DASH diet (Dietary Approaches to Stop Hypertension), yang terdiri atas 3 kali makan besar, dan 2-3 kali makan selingan setiap harinya. Makanan ini harus terdiri atas buah-buahan dan sayuran sebanyak 4-5 porsi, susu rendah lemak, protein yang bisa didapat dari daging merah rendah lemak, ayam dan ikan. Contoh menu makanan untuk hipertensi dapat dilihat pada laman berikut http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2013/08/Brosur-Diet-Hipertensi.pdf dan link berikut http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/Gizi-Seimbang-Utk-Hipertensi.pdf
  • Beraktivitas fisik rutin selama 30 menit minimal 3 kali seminggu. Sebisa mungkin, aturlah jadwal agar tak sampai 2 hari berturut-turut tak berolahraga. Tak perlu yang terlalu berat, Anda bisa melakukan jogging, jalan sehat, berenang ataupun bersepeda.
  • Hindari alkohol dan merokok, yang merupakan musuh utama bagi pembuluh darah. Rokok dan alkohol dapat merusak dan menyebabkan peningkatan tekanan darah yang kemudian menjadi hipertensi

4. Penderita hipertensi harus menjalani pengobatan terus menerus seumur hidup

Karena hipertensi ini sering diremehkan, maka penanganannya sering juga terlambat. Hal inilah yang  kemudian memaksa para penderita hipertensi harus mendapatkan pengobatan secara terus menerus seumur hidup.

Bisakah Anda bayangkan? Terapi pengobatan yang terus menerus ini pasti akan sangat menguras tenaga, pun kantong Anda.

Nah, dengan tambahan pengetahuan seputar hipertensi di atas, tentunya sekarang Anda sudah tahu, apa yang bisa Anda lakukan untuk mencegah hipertensi datang. Juga tahu bagaimana menangani hipertensi dengan tepat.

Sehat selalu ya!

Credit Title:
  • Penulis : Victa Ryza Catartika
  • Editor 1 : Putri Tiara Rosha, SKM.,MPH
  • Editor 2 : Fitri Handayani, S.Kep.,MPH
  • Content Writer : Carolina N. Ratri
  • Redaktur 1 : dr. Fatwa Sari Tetra Dewi, MPH.,Ph.D
  • Redaktur 2 : dr. Fitriana, MSc.,FM
Referensi:
  1. Farhud, DD 2015,‘Impact of Lifestyle on Health’, Iranian Journal of Public Health, vol. 44, pp. 1442–1444.
  2. Ikatan Dokter Indonesia 2014, Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta.
  3. Steinbaum, SR 2017, ‘5 Misconceptions About High Blood Pressure’, WebMD, 22 January 2017, viewed 21 September 2017, http://www.webmd.com/hypertension-high-blood-pressure/5-misconceptions-about-hypertension#4

Mungkin Anda juga menyukai

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *