Ini Dia 9 Fakta ASI yang Begitu Menakjubkan

Sepuluh tahun yang lalu, saat kampanye ASI eksklusif belum segencar sekarang, angka kematian bayi dan balita begitu tinggi, yaitu 34 per 1000 kelahiran!

Iya, betul. Itu menurut data dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007.

Jadi, setiap 6 menit, setidaknya ada 1 orang bayi yang meninggal di Indonesia. Ckckck.

Ada banyak faktor yang menyebabkan statistik angka kematian bayi ini begitu tinggi. Salah satunya adalah masih rendahnya pemberian ASI eksklusif oleh ibu pada bayinya.

ASI eksklusif yaitu memberian ASI saja kepada bayi usia 0-6 bulan tanpa memberikan makanan dan minuman lain.

Yah, pemberian air susu ibu atau ASI ini memang merupakan pilihan masing-masing ibu. Namun, memberikan ASI secara eksklusif hingga setidaknya 6 bulan pertama dalam hidup seorang bayi memang akan menyelamatkan nyawanya, pun sangat penting bagi tumbuh kembang bayi. Karena dengan memberikan ASI eksklusif secara rutin, bayi akan mempunyai daya tahan tubuh yang jauh lebih kuat, dan akan tumbuh menjadi anak yang sehat.

Kenapa ya, ASI bisa begitu istimewa dan penting bagi bayi? Apa saja sih yang bisa “dilakukan” oleh ASI, sehingga bayi membutuhkannya?

9 fakta tentang ASI ini akan menjelaskannya untuk Anda.

1. ASI merupakan ‘vaksin pertama’ untuk bayi

Di awal kelahiran, secara alami, seorang ibu akan mampu menghasilkan ASI istimewa yang mengandung kolostrum—cairan kekuningan yang mengandung antibodi.

Karena mengandung antibodi alami, maka ASI pertama ini memang sangat penting untuk bayi, dan harus diberikan segera kurang dari 1 jam setelah lahir.

Dengan memberikan ASI pertama yang mengandung antibodi ini, maka ibu berarti baru saja memberikan kekebalan kepada bayi, dari risiko berbagai penyakit seperti penyakit diare, infeksi pada telinga dan dada.

2. Bayi hanya butuh ASI eksklusif

Ya, bayi hanya membutuhkan ASI, tanpa tambahan makanan yang lain setidaknya hingga ia berusia 6 bulan, yang kemudian dilanjutkan hingga usia 2 tahun.

ASI yang mengandung antibodi terbaik yang pernah ada ini akan menjamin tumbuh kembang yang baik pada bayi, juga melindunginya dari berbagai macam penyakit, termasuk risiko penyakit pernapasan seperti pneumonia, serta jantung.

Tak hanya itu, ASI yang diberikan pada bayi juga bisa menjamin bayi tak mengalami obesitas, karena nutrisi yang terkandung dalam ASI pas sesuai dengan kebutuhan tubuhnya.

Karena itu, berikan bayi ASI kapan pun ia menginginkannya. Normalnya, bayi akan butuh menyusu minimal 8 kali sehari 24 jam.

3. ASI diperlukan anak usia 6-24 bulan sebagai pelengkap makanan tambahan

Setelah bayi berusia 6 bulan, maka ia akan perlu makanan tambahan, dengan ASI sebagai pelengkapnya hingga ia berusia 2 tahun.

Ya, memang pemberian ASI tetap dianjurkan selama anak masih ingin menyusu.

Kenapa tidak?

ASI merupakan sumber energi, protein, vitamin A dan zat besi. Bahkan faktanya, ASI menyediakan setengah dari kebutuhan nutrisi anak usia 6-12 bulan, dan sepertiga sumber nutrisi anak usia 12-24 bulan.

Jadi penuhi saja selama waktu yang singkat tersebut.

4. Waktu menyusui merupakan bonding time terbaik

Kontak kulit ke kulit selama menyusui dapat menciptakan kedekatan antara bayi dengan ibunya. Bayi akan merasa aman dan dicintai.

Hal ini tentunya akan berpengaruh baik untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.

Selain itu, ASI juga dapat meningkatkan kecerdasan anak. Penelitian terbaru bahkan menunjukkan, pemberian ASI akan mengurangi depresi pada anak.

5. ASI juga bermanfaat untuk ibu

Faktanya, ASI tak hanya bermanfaat untuk anak atau bayi, tapi juga sangat bermanfaat bagi sang ibu.

Ada beberapa manfaat ASI bagi ibu, yaitu:

  • Lebih cepat menurunkan berat badan ibu pasca melahirkan
  • Mengurangi risiko perdarahan pasca melahirkan. Menyusui menyebabkan rahim berkontraksi (mengerut) sehingga pembuluh darah yang terbuka selama kelahiran akan lebih cepat menyempit.
  • Memperlambat kembalinya siklus menstruasi pasca melahirkan, sehingga bisa menunda kehamilan kembali. Kehamilan lagi sebelum anak berusia 2 tahun dapat membuat ibu tidak memiliki waktu yang cukup untuk bisa maksimal dalam merawat anak, pun belum pulih betul dari kondisi setelah melahirkan yang sebelumnya. Hal ini juga bisa membuat ibu menghentikan pemberian ASI sebelum anak berusia 2 tahun.
  • Mengurangi risiko terkena diabetes
  • Mengurangi risiko terkena penyakit kanker payudara dan kanker rahim
  • Memberikan kepuasan bagi ibu, dan memperkuat ikatan (bonding) ibu pada bayi
6. Semaking sering menyusui, produksi ASI semakin banyak

Ada mitos yang beredar di masyarakat yang menyatakan, bahwa menyusui itu menyakitkan. Padahal faktanya menyusui itu tidak menimbulkan rasa sakit, asal kita sudah tahu dengan betul tekniknya.

Sedangkan, beberapa ibu yang lain merasa khawatir dan tidak percaya diri bisa memenuhi kebutuhan ASI bayi mereka.

Dua hal inilah yang menjadi penyebab utama mengapa ibu enggan menyusui bayinya secara langsung.

Padahal, semakin sering ibu menyusui maka ibu akan menghasilkan ASI semakin banyak pula.

Di sinilah peran ayah diperlukan, bagaimana ia harus memberikan semangat pada sang ibu agar mau terus mencoba memberikan ASI sebanyak-banyaknya pada bayi.

Kadang juga ada yang beralasan kalau bayinya yang bermasalah, sehingga tak mau menyusu.

Well, bayi yang memiliki masalah masih tetap bisa menyusu dan diberikan ASI kok. Misalnya, ASI dapat diberikan langsung ke mulut melalui cangkir dengan menggunakan sendok kecil yang bersih.

Ingat, jangan menggunakan botol atau dot ya. Penggunaan botol atau dot menyebabkan bayi terbiasa dan akan menolak menyusu langsung pada ibu.

Jika bayi terbiasa minum dari dot, maka hal ini akan dapat mengganggu pembentukan ASI, sehingga produksi ASI oleh tubuh ibu pun jadi menurun.

Dot mungkin juga terkontaminasi sehingga meningkatkan risiko sakit pada bayi.

7. Ibu yang terkena HIV tetap boleh menyusui

Ibu yang positif HIV perlu tahu, bahwa menyusui bayi akan meningkatkan risiko bayi tertular virus HIV.

Padahal pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko bayi terkena berbagai macam penyakit dan kekurangan gizi.

Namun, hal tersebut tetap bisa diatasi, dan tidak seharusnya menjadi kendala bagi bayi untuk mendapatkan ASI terbaik.

Yang penting, ibu yang positif HIV harus berkonsultasi dengan tenaga kesehatan terlebih dahulu, dan paham bahwa penularan HIV/AIDS akan lebih besar terjadi jika anak diberikan ASI disertai makanan lain, daripada hanya jika diberikan ASI saja.

Risiko penularan dapat dikurangi dengan mengurangi durasi menyusui. Konsumsi ART (obat untuk penderita HIV) juga dapat mengurangi risiko penularan HIV kepada bayi, selain membuat ibu tetap sehat.

8. Ibu yang bekerja tetap dapat memberikan ASI untuk bayinya

Ibu yang bekerja tetap harus memberikan ASI untuk anaknya. Jika tidak bisa menyusui di tempat kerja, ibu bisa memompa ASI 2-3 kali selama jam kerja, lalu simpan di tempat yang bersih dan tertutup pada suhu ruang.

Penyimpanan ASI bisa bertahan hingga 8 jam, dan diberikan kepada pengasuh atau keluarga yang merawat bayi.

Ingat sekali lagi ya, jangan berikan ASI dengan botol atau dot. Berikan ASI melalui cangkir dan sendok yang bersih.

9. Ibu yang kekurangan gizi masih bisa memberikan ASInya

Pasca melahirkan, ibu bisa saja menderita kekurangan gizi karena kurang nutrisi atau stres.

Ya, stres memang dapat mengganggu aliran ASI, tetapi tidak akan menghentikan produksi ASI. Segera temukan pangkal stres ibu, kemudian atasi sejak dari akar permasalahan tersebut. Kondisi ibu yang bahagia dan bebas stres akan memengaruhi kesuksesan pemberian ASI eksklusif.

Jika ibu mengalami kekurangan gizi, maka segera atasi dengan memberinya makanan tambahan dengan nutrisi yang cukup. Temui ahli gizi untuk bisa berkonsultasi lebih lanjut.

Nah, sampai di sini, pastinya Anda semakin yakin kan, bahwa ASI memang merupakan hal menakjubkan yang pernah diterima oleh seorang perempuan untuk bisa menjamin tumbuh kembang yang baik pada anak-anaknya?

Yuk, berikan hak anak untuk bisa berkembang dengan baik, bertumbuh dengan optimal dengan memberinya ASI eksklusif sampai ia berusia 6 bulan, yang kemudian diteruskan hingga 2 tahun.

Credit Title

  • Penulis                 : Ifa Najiyati
  • Editor 1                : Putri Tiara Rosha,SKM.,MPH
  • Editor 2                : Fitri Handayani,S.Kep.,MPH
  • Content Writer  : Carolina N. Ratri
  • Redaktur 1          : Dr. Supriyati,S.Sos.,M.Kes
  • Redaktur 2          : dr. Fitriana,MSc.,FM

Referensi

  1. UNICEF, 2010, Facts for Life, New York.
  2. WHO, 2009, Infant and Young Child Feeding, Geneva.
  3. Mola, C.L.D., Horta, B.L., Gonzales, H., Quevedo, L.D.A., Pinheiro, R., Gigante, D.P., Motta, J.V.D.S., Barros, F.C., 2016, Breastfeeding and Mental Health in Adulthood: A Birth Cohort Study in Brazil, Journal of Affective Disorders, 202(2016): 115-119.

Mungkin Anda juga menyukai

Social media & sharing icons powered by UltimatelySocial