Bencana Banjir Mengancam, Waspadai 6 Penyakit Ini Saat Banjir!
Penyakit saat banjir mulai merebak di beberapa bagian wilayah Indonesia.
Ya, bagaimana tidak? Seperti sudah Anda ketahui juga pastinya, bahwa pada akhir bulan November 2017 lalu, sebagian wilayah Indonesia terkena dampak siklon Cempaka dan Dahlia, yang menyebabkan curah hujan begitu tinggi dan turun sampai berhari-hari.
Belum lagi, beberapa daerah tertentu memang sudah langganan banjir di musim penghujan seperti ini. Di Jakarta, misalnya. Meski pemerintah DKI Jakarta sudah berusaha sekuat tenaga mencegah bencana banjir untuk datang lagi tahun ini, namun di beberapa tempat tetap saja terkena banjir, meski tak setinggi biasanya.
Dan, kalau sudah banjir, pasti deh dibarengi dengan munculnya beberapa penyakit khas banjir.
Untuk Anda yang saat ini berdomisili di daerah rawan banjir—atau malah memang sedang kebanjiran—waspadai beberapa penyakit saat banjir berikut ini.
6 Penyakit saat banjir yang mesti diwaspadai
1. Diare
Diare merupakan salah satu penyakit saat banjir yang kerap diderita oleh para korban banjir yang biasanya disebabkan oleh infeksi pada pencernaan melalui air.
Hal ini wajar terjadi, karena saat banjir melanda maka air bersih jadi sulit ditemukan. Begitu juga dengan makanan sehat yang layak santap.
Gejala diare di antaranya:
- Sering buang air besar yang cair lebih dari 2 kali dalam sehari.
- Nyeri perut
- Demam
- Mual dan muntah
- Dehidrasi
Anda dapat mencegah penyakit saat banjir satu ini datang dengan melakukan beberapa hal berikut:
- Mencuci tangan menggunakan sabun sebelum makan dan minum, serta setelah BAK dan BAB.
- Merebus air minum sampai benar-benar mendidih, tutup rapat tempat penyimpanan air yang siap minum lalu simpan di tempat yang aman.
- Jangan biarkan sampah bertebaran di mana-mana. Kumpulkan dan pisahkan antara sampah kering dan sampah basah.
Jika Anda mengalami beberapa gejala diare seperti di atas, maka segeralah pergi ke dokter atau ke fasilitas kesehatan terdekat. Jangan lupa untuk minum cairan yang cukup ya, agar Anda terhindar dari dehidrasi.
2. Demam Berdarah Dengue
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit saat banjir yang disebabkan oleh virus dengue. Virus ini ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Demam berdarah dengue bisa merebak dengan cepat saat terjadi bencana banjir, karena saat banjir akan banyak genangan air yang tidak mengalir yang menjadi tempat berkembangnya jentik-jentik nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus ini.
Saat jentik-jentik berkembang menjadi nyamuk, maka mereka pun menjadi media penularan virus dengue.
Gejala demam berdarah dengue di antaranya:
- Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari. Pada hari ketiga hingga hari keenam, suhu tubuh menurun, namun ini justru menjadi fase yang paling berbahaya dari penyakit saat banjir satu ini.
- Nyeri kepala—yang berpusat di atas mata dan di belakang mata—juga pada otot dan tulang.
- Mengalami gangguan pembengkakan di sekitar mata, mata merah dan berair.
- Nyeri perut hingga muntah terus menerus, bahkan sampai perdarahan, lemas dan pembesaran hati lebih dari 2 sentimeter.
- Ruam yang biasanya muncul di kulit sekitar dada, leher dan wajah. Ruam akibat DBD ini cukup khas, yaitu kalau kulit direnggangkan, ruam tersebut tidak hilang.
Jika sudah mengalami demam tinggi dan muncul bintik-bintik atau ruam pada kulit, maka sebaiknya Anda segera pergi menemui dokter. Dokter kemudian akan melakukan serangkaian tes untuk memeriksa lebih lanjut.
Untuk mencegah penyakit saat banjir ini menyerang, maka lakukanlah apa yang disebut dengan 3M berikut:
- Mengubur sampah yang dapat menampung air hujan hingga jadi genangan
- Menguras tempat penampungan air
- Menutup tempat penyimpanan air dengan rapat, sehingga tak sempat dijadikan tempat berkembang biak oleh nyamuk.
3. Leptospirosis
Leptospirosis adalah penyakit saat banjir yang disebabkan oleh mikroorganisme Leptospirae.
Penyakit ini dibawa oleh tikus, yang tadinya hidup di dalam tanah dan keluar berkeliaran akibat rumah mereka yang juga kebanjiran. Kotoran dan air kencing tikus ini lantas bercampur dengan air banjir yang sudah kotor, kemudian akan masuk ke dalam tubuh kita melalui luka yang mungkin ada di kulit.
Gejala awal penyakit Leptospirosis di antaranya adalah:
- Demam mendadak dan menggigil
- Nyeri kepala, terutama di bagian depan
- Nyeri otot, terutama pada betis
- Mual dan muntah
- Diare
- Penurunan kesadaran.
Pada gejala awal ini, Leptospirosis umumnya sulit dideteksi, umumnya berkembang dalam waktu 1-2 minggu hingga 1 bulan setelah terinfeksi oleh bakteri Leptospira. Kondisi tubuh justru cenderung membaik dalam 5 hari – 1 minggu setelah gejala muncul.
Namun, kemudian terjadilah fase kedua.
Pada fase berikutnya, akan terjadi gejala sebagai berikut:
- Demam yang mencapai 40 derajat Celcius hingga menggigil
- Lemah
- Nyeri leher, perut dan kaki
- Mengalami kerusakan ginjal dan hati
- Kulit berubah menjadi kuning (ikterus)
- Perdarahan (bisa berupa batuk darah)
- Bisa terjadi kejang
Untuk mencegah penyakit Leptospirosis menyerang, maka ada beberapa hal yang bisa kita lakukan, yaitu:
- Selalu jaga kebersihan, agar tikus tidak berkeliaran di lingkungan tempat tinggal kita.
- Selalu gunakan celana panjang (lebih baik lagi kalau berbahan karet atau plastik) dan sepatu boot—lebih baik lagi kalau berbahan karet atau plasting—saat sedang menerjang banjir.
- Tutup luka dengan plester rapat-rapat.
- Mencuci tangan sampai benar-benar bersih dengan sabun, seusai berhubungan dengan air kotor.
- Jangan memegang bangkai hewan secara langsung, gunakan alat pembantu. Misalnya capit, sekop atau sapu.
- Hanya minum air yang benar-benar matang dan bersih, karena itu tempat penyimpanan air harus sangat dijaga kebersihannya.
4. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Penyakit saat banjir lain yang harus diwaspadai adalah infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Penyakit ini terjadi akibat infeksi saluran pernapasan, dari hidung hingga alveoli—yaitu kantung kecil di dalam paru-paru kita yang memungkinkan oksigen dan karbon dioksida untuk bergerak di antara paru-paru dan aliran darah—yang berlangsung selama 14 hari.
Infeksi pada saluran pernapasan ini memiliki gejala antara lain:
- Mengeluarkan cairan hidung yang berlebih
- Bersin-bersin
- Nyeri tenggorokan
- Batuk dan sesak napas
- Napas bersuara abnormal
- Lemas
- Demam
- Kesulitan bernapas, hingga mengakibatkan penurunan kesadaran karena kurang oksigen dalam tubuh.
Infeksi saluran pernapasan akut bisa menular dengan cepat, terutama pada para pengungsi banjir yang tinggal sementara di tempat pengungsian karena kekebalan tubuh sedang menurun saat itu, hingga lebih rentan tertular penyakit.
Untuk mencegah penularan penyakit saat banjir satu ini, Anda harus melakukan beberapa hal berikut:
- Meningkatkan daya tahan tubuh, misalnya dengan minum tambahan madu. Menurut beberapa penelitian oleh para ahli, berbagai jenis jamur juga bisa membantu Anda meningkatkan daya tahan tubuh lo. Jadi, tak ada salahnya juga dicoba untuk lebih banyak mengonsumsi jamur. Pilih saja jamur yang sesuai dengan selera Anda.
- Istirahat yang cukup
- Perbanyak sayur dan buah
- Perbanyak minum air putih
- Tutuplah mulut Anda dengan siku sebelah dalam saat batuk ataupun bersin.
- Jangan meludah di sembarang tempat
- Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
- Hindari merokok
5. Demam Tifoid
Demam tifoid ini pasti sudah Anda kenal juga, karena biasanya disebut dengan tipus, dan juga merupakan salah satu penyakit saat banjir yang merebak di sekitar musim penghujan seperti sekarang.
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi dan dibawa oleh lalat ini menular sekali. Cara penularannya adalah melalui air dan makanan yang tercemar S. typhi.
Penderita penyakit tipus ini akan mengalami beberapa gejala pada minggu pertama, di antaranya adalah:
- Demam, biasanya muncul pada sore atau malam hari
- Nyeri kepala dan otot
- Kehilangan nafsu makan
- Mual dan muntah
- Sulit buang air besar dan diare
- Perut terasa tidak nyaman
- Batuk
- Sebagian penderita juga mengalami
Pada minggu kedua, gejalanya menjadi lebih jelas, di antaranya:
- Demam
- Bradicardia relative, atau melambatnya detak jantung
- Lidah tengah putih sedangkan tepi dan ujungnya merah (lidah tifoid)
- Lidah bergetar (tremor)
- Pembesaran hati dan limpa
- Gangguan kesadaran.
Penyakit saat banjir satu ini banyak merebak di tempat pengungsian yang biasanya memiliki jarak antara tempat sampah atau WC umum yang terlalu dekat dengan tempat aktivitas kita.
Lalat yang hinggap di tempat-tempat kotor tersebut akan terbang dan mencemari makanan atau air yang kita konsumsi.
Untuk mencegah penularan penyakit tipus ini, maka kita harus melakukan beberapa hal berikut:
- Tutup makanan matang agar tidak dihinggapi oleh lalat
- Melakukan BAK dan BAB di tempatnya yang punya jarak yang cukup dengan tempat pengolahan makanan, dan jangan lupa untuk selalu menyiramnya sampai bersih
- Selalu menjaga kebersihan lingkungan.
- Hindari makan sayur yang mentah
- Hindari minum air yang belum matang atau tidak tahu asal muasalnya
6. Penyakit Kulit
Penyakit kulit juga merupakan penyakit yang sering terjadi saat banjir dan biasa menyerang para korban.
Penyebab penyakit kulit ini bermacam-macam. Ada yang mengalami alergi air karena sulit mendapatkan air bersih; mengalami infeksi jamur karena jarang mandi; scabies karena tinggal di lingkungan padat penduduk, dan masih banyak lagi.
Banjir juga meningkatkan risiko terkena penyakit eksim yang diakibatkan oleh kutu air.
Beberapa gejala yang umum timbul pada penderita penyakit kulit ini di antaranya:
- Gatal pada kulit
- Kulit kemerahan
- Timbul bintil-bintil pada kulit yang bisa padat atau bisa juga berisi air.
- Pada kasus kutu air, gejalanya ditambah dengan sensasi panas pada kulit, kulit pecah-pecah dan terkelupas.
Jika Anda mengalami beberapa gejala seperti di atas, maka segeralah ke dokter atau ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mengetahui penyebabnya dan dilakukan penanganan.
Untuk mengatasi penyakit saat banjir seperti di atas memang bisa bermacam cara. Namun, sebenarnya ada satu hal penting yang harus kita lakukan demi bisa mencegah berbagai penyakit tersebut datang, yaitu dengan mencegah terjadinya banjir itu sendiri dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Karena itu, adalah penting bagi kita untuk ikut merawat lingkungan—membuang sampah pada tempatnya, juga menanam pohon dan tanaman di sekitar—demi terjaganya keseimbangan lingkungan hidup kita.
Jika banjir tak datang, maka kita pun tak perlu harus menghadapi berbagai penyakit saat banjir di atas kan? Yes, as simple as that.
Credit Title
- Penulis : Victa Ryza Catartika
- Editor 1 : Putri Tiara Rosha,SKM.,MPH
- Editor 2 : Fitri Handayani,S.Kep.,MPH
- Content Writer : Carolina N. Ratri
- Redaktur 1 : dr. Fatwa Sari Tetra Dewi,MPH.,Ph.D
- Redaktur 2 : dr. Fitriana,MSc.,FM
Referensi
- Ikatan Dokter Indonesia 2014, Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta.
- Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2012, Antisipasi Penyakit Menular Saat Banjir, viewed 9 Desember 2017, http://www.depkes.go.id/pdf.php?id=1878
- Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Pusat Promosi Kesehatan 2016, Banjir Datang Penyakit Kita Hadang, viewed 6 Desember 2017, http://promkes.depkes.go.id/wp-content/uploads/pdf/publikasi_materi_promosi/waspada%207%20macam%20penyakit%20banjir.pdf