Kurang Tidur Ternyata Berakibat Lebih Buruk pada Wanita – Waspada!
Sedang mengalami kesulitan tidur akhir-akhir ini? Hati-hati loh, dampak kurang tidur itu tak bisa diremehkan!
Tidur merupakan salah satu kebutuhan hidup kita yang utama juga loh, selain makan dan minum. Tidur sangat bermanfaat untuk memulihkan dan memperbaiki sel-sel otak yang telah lelah bekerja, saat kita beraktivitas dalam keadaan sadar.
Tidur yang baik—yang sehat—berarti porsinya harus cukup. Pas. Tidak kurang, dan tidak lebih. Seberapa lama normalnya orang harus tidur, untuk kemudian bisa beraktivitas lagi?
Orang dewasa seharusnya memenuhi kebutuhan tidurnya yang berkisar antara 7-8 jam setiap harinya. Tentunya kebutuhan tidur orang dewasa ini tidak sama ya, dengan kebutuhan tidur anak-anak, apalagi bayi.
Kebutuhan tidur bayi usia 0-2 bulan adalah sekitar 16-20 jam sehari. Hal ini dikarenakan otak bayi masih dalam pertumbuhan, sehingga tiidur yang cukup akan membuat syaraf-syaraf otaknya menyambung dengan sempurna.
Sedangkan untuk anak usia 2 – 12 bulan, porsi tidur yang cukup untuk mereka adalah 14 – 15 jam setiap harinya.
Profesor Mathew Walker yang merupakan Direktur Pusat Ilmu Tidur Manusia di Universitas California—seperti yang dikutip dari situs The Guardian—mengatakan, bahwa kurang tidur dapat menjadi wabah yang berbahaya karena berpotensi menimbulkan sejumlah penyakit fatal dalam tubuh kita.
Apa saja? Mari kita telusuri bersama-sama.
Dampak Kurang Tidur Pada Kesehatan Tubuh
Ya, kurang tidur dapat berdampak buruk bagi kesehatan tubuh, karena bisa memicu timbulnya penyakit berat seperti stroke, hipertensi hingga penyakit jantung. Kurang tidur juga dapat memicu terjadinya depresi loh!
Dan, perlu Anda ketahui, bahwa dampak kurang tidur akan lebih buruk pada wanita!
Frida Rangtell, penanggung jawab peneliti dari Departemen Neuroscience Universitas Upssala mengungkapkan, bahwa wanita yang kurang tidur akan mengalami penurunan fungsi pada memori kerja otaknya. Padahal memori kerja pada otak ini memiliki peran penting dalam hal perencanaan, pembelajaran dan dasar pengambilan keputusan.
Wah, bayangkan akibatnya deh!
Penelitian mengenai dampak kurang tidur pada memori otak ini dilakukan pada pada 24 orang responden, terdiri dari 12 wanita dan 12 pria yang dibagi menjadi dua kelompok.
Kelompok pertama merupakan responden yang tidur selama 8 jam, yaitu mulai pukul 22.30 sedangkan kelompok kedua dibiarkan bangun hingga larut malam. Kedua kelompok tersebut lantas dibangunkan pada waktu yang sama, yaitu pukul 06.30.
Paginya, responden diminta untuk melakukan tes memori dengan menuliskan kembali 9 digit angka yang telah diacak urutannya. Tes dilakukan dengan 16 kali percobaan. Pada 8 percobaan pertama, responden akan diberikan gangguan suara saat mengerjakan tes. Sedangkan, 8 percobaan selanjutnya responden dibiarkan mengerjakan tes dalam keadaan tenang.
Setelah selesai mengerjakan tes, setiap responden diminta untuk menilai kemampuan mereka dalam mengerjakan tes dengan skala 0-10. Semakin tinggi nilainya maka semakin yakin bahwa mereka mampu mengerjakannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa wanita yang mengalami kurang tidur memiliki kemampuan mengingat yang lebih rendah dibandingkan dengan wanita tercukupi kebutuhan tidurnya.
Selain itu, wanita yang tidur selama 8 jam juga memiliki tingkat kepercayaan diri lebih baik dibandingkan dengan wanita yang kurang tidur.
Anehnya percobaan tersebut ternyata tidak berdampak pada responden pria.
Penelitian tersebut berhasil membuktikan, bahwa kurang tidur pada wanita dapat menurunkan rasa kepercayaan diri yang berakibat pada kesalahan pengambilan keputusan. Padahal salah dalam mengambil keputusan berisiko terhadap kegagalan bahkan dapat menimbulkan kecelakaan yang berbahaya.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Edward Suarez, PhD menemukan, bahwa wanita yang kurang tidur cenderung lebih depresif, mudah marah dan tersinggung, selain itu juga lebih berisiko terkena hipertensi, diabetes, bahkan penyakit jantung.
Beberapa Tips Agar Kita Tidak Kurang Tidur
Menurut Kementerian Kesehatan, ada beberapa tips yang dapat kita lakukan untuk memenuhi kebutuhan tidur. Mari kita lihat.
Hal ini bisa membantu kita untuk memenuhi kebutuhan tidur, karena dengan tidur pada jam yang teratur akan membuat jam biologis tubuh kita tidak terganggu.
Pada malam hari, banyak organ tubuh yang sedang bekerja sementara kita tidur, terutama dalam hal pembuangan racun dari dalam tubuh. Seperti misalnya, pada dini hari, saat itulah terjadi proses pembuangan limbah hasil metabolisme tubuh oleh organ hati dan paru-paru.
Karena itu, tidur di malam hari penting agar tubuh kita bisa bekerja mengeluarkan racun dengan lancar. Jika kita tidak punya jadwal tidur yang tetap, bahkan selalu begadang, pastinya tubuh tidak akan bekerja dengan optimal.
Tahukah Anda, bahwa kafein tidak hanya terkandung dalam kopi dan teh, seperti yang kita kira selama ini. Ada beberapa makanan juga mengandung kafein, meski memang tak sebanyak yang ada dalam kopi dan teh.
Beberapa makanan yang mengandung kafein adalah:
- Minuman bersoda, tergantung mereknya namun rata-rata setiap minuman bersoda mengandung kafein sekitar 21-41 gram di dalam satu botolnya.
- Cokelat, semakin pahit dan semakin dark, semakin tinggi kadar kafeinnya.
- Minuman berenergi, karena kafein memang mempunyai efek untuk mem-boost energi yang sudah loyo.
- Es krim, terutama es krim cokelat.
Kafein dapat menganggu pola tidur, sehingga sebaiknya berhentilah mengonsumsi segala jenis makanan atau minuman yang mengandung kafein ketika sore hari, karena akan berpengaruh pada jam tidur malam kita.
Alkohol akan mengganggu tidur kita karena saat kita sudah berada dalam fase REM (Rapid Eye Movement), pengaruh alkohol akan menghadirkan mimpi buruk, sehingga akan membuat Anda bangun secara tiba-tiba dan tak bisa tidur kembali.
Demikian juga dengan kebiasaan merokok. Penelitian yang dilakukan di Johns Hopkins tahun 2008 telah meneliti pengaruh rokok terhadap gangguan tidur ini. Ada 2 kelompok responden, yaitu mereka yang bukan perokok dengan 5%-nya mengatakan mengalami kurang tidur, dan mereka yang perokok dengan 22.5%-nya mengaku mengalami gangguan tidur.
Mereka yang perokok, banyak yang mengalami gangguan tidur ringan; setengah tidur dan setengah bangun. Sehingga saat benar-benar bangun, tubuh mereka pun tidak sesegar mereka yang tidak merokok.
Ya, berolahraga secara rutin juga mampu meningkatkan kualitas tidur kita.
Namun, perlu diingat, bahwa sebaiknya Anda tidak melakukannya saat mendekati jam tidur. Efek bugar pada tubuh sehabis berolahraga akan menyulitkan kita untuk bisa tertidur.
Tips yang terakhir ini memang adalah yang terpenting dari semua tips di atas. Beban pikiran memang sangat berpengaruh pada kualitas tidur. Saat ada yang membebani pikiran, pasti tidur akan terganggu.
Karena itu, cobalah untuk mengelola stres Anda dengan lebih baik. Sebelum mulai tidur, Anda dapat bermeditasi dulu sejenak untuk melepaskan beban tersebut. Sugesti diri, bahwa semua bisa diatasi esok pagi saat tubuh sudah segar kembali. Sekarang saatnya Anda tidur, membiarkan tubuh dan pikiran untuk beristirahat.
Sebagai pengantar tidur, Anda bisa saja mendengarkan musik-musik lembut yang Anda suka. Jangan lupa untuk menjauhkan atau mematikan gadget Anda ya.
Kurang tidur memang dapat menimbulkan banyak masalah, sehingga seharusnya hal ini jangan dianggap remeh lagi. Apalagi di zaman now, zaman ketika manusia semakin rentan akan stres. Istirahat yang cukup menjadi salah satu obat stres yang sangat efektif.
Salam sehat!
Credit Title
- Penulis : Maysaroh Nur Istikomah
- Editor 1 : Putri Tiara Rosha,SKM.,MPH
- Editor 2 : Fitri Handayani,S.Kep.,MPH
- Content Writer : Carolina N. Ratri
- Redaktur 1 : dr. Fatwa Sari Tetra Dewi,MPH.,Ph.D
- Redaktur 2 : dr. Fitriana,MSc.,FM
Referensi
- Cooke, R. (2017) ‘Sleep should be prescribed’: what those late nights out could be costing you, The Guardian. Available at: https://www.theguardian.com/lifeandstyle/2017/sep/24/why-lack-of-sleep-health-worst-enemy-matthew-walker-why-we-sleep%0A (Accessed: 8 February 2018).
- Kementerian Kesehatan Indonesia (no date) Kebutuhan Tidur Sesuai Usia. Available at: http://promkes.depkes.go.id/wp-content/uploads/pdf/publikasi_materi_promosi/Informasi CERDIK/6. Istirahat Cukup_285x285mm.pdf (Accessed: 8 February 2018).
- Rangtell, F., Karamchedu, S., Anderson, P., Liethof, L., Bucaro, M. O., Lampola, L., Schioth, H., Cedernaes, J. and Benedict, C. (2018) ‘A single night of sleep loss impairs objective but not subjective working memory performance in a sex-dependent manner’, Journal of Sleep Research. doi: 10.1111/jsr.12651.
- Suarez, E. (2013) ‘Self-reported symptoms of sleep disturbance and inflammation coagulation, insulin resistance and psychosocial distress : Evidence for gender disparity’, Brain Behav Immun, 22(6), pp. 960–968. doi: 10.1016/j.bbi.2008.01.011.Self-reported.